Sejarah Peradaban Islam
IMAM MALIK BIN ANAS
Oleh :
*Haris Fauzi
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah Yang Maha Esa, pemberi nikmat insting ketuhanan dan
pemberi anugerah kenikmatan. Salawat salam selalu tercurah indah kepada
Nabi Muhammad SAW pejuang sejati yang berkorban segenap hati, penggerak
akhlak islami, teladan bagi semua manusia.
Selanjutnya,
ringkasan berbentuk makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas
akademik mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Dimana makalah ini
membahas tentang Sejarah Kehidupan Imam Malik bin Anas. Namun, untuk
melengkapi dan menambah wawasan keilmuan, penyusun menyertakan pula
ringkasan yang berhubungan dengan judul pembahasan tadi.
Sebagai
tanda syukur dan tawadhu, penyusun menyadari akan adanya kekurangan di
segala hal. Oleh karena itu, saran dan kritik dengan senang hati akan
penyusun terima diiringi ucapan penuh terima kasih.
Ciputat, Maret 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
- kelahiran Imam Maliki........................................................................
- Perjalanan Hidup Imam Maliki dan Latar Belakang Pendidikannya
- Syekh dan Perguruan Imam Maliki
- Imam Maliki Sebagai Seorang Guru
- Murid-murid Imam Maliki
- Karya-karya Imam Maliki
- Risalah Imam Maliki
- Imam Maliki dan Pemerintah
- Keluarga Imam Maliki
- Imam Maliki Meninggal
BAB III PENUTUP....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
IMAM MALIK BIN ANAS
BAB I
PENDAHULUAN
Berkembangnya
Agama Islam tidak terlepas dari peran Tokoh-tokoh Islam pada zamannya
masing-masing. Diantara tokoh Islam yang berperan dalam peradaban Islam
adalah Imam-imam Mazhab yang sangat mempengaruhi peradaban umat islam
khususnya dalam ilmu agama yang erat kaitannya pada masalah ilmu fiqih.
Dimana ilmu fiqih sangat berperan dalam pelaksanaan Ibadah dalam Agama
Islam.
Imam
Maliki yang bernama lengkap Malik bin Anas bin Malik bin Abi ‘Amar bin
Amru bin Ghaiman bin Hutail bin Amru bin Al-Haris, merupakan salah
seorang dari empat mujtahid dalam bidang ilmu fiqih.
Sebelum
dapat memahami Imam Maliki beserta Mazhabnya, kita hauslah mempelajari
sejarah kehidupan ataupun biografinya dari sumber yang cukup kompeten di
bidangnya.
Untuk
itu Insya Allah penulis akan memaparkan riwayat kehidupan Imam Maliki,
dari semenjak lahir sampai beliau kembali ke Rahmat Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
IMAM MALIK BIN ANAS
11. Kelahiran Imam Maliki
Imam
Malik merupakan imam yang kedua dari imam-imam empat serangkai dalam
islam dari segi umur. Nama lengkapnya ialah Malik bin Anas bin Malik bin
Abi ‘Amar Al-Ashbahi Al-Yamani[1].
Imam Malik yang memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn
Malik ibn Abi Amir ibn Amr ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Husail ibn Amr
ibn al-Haris al-Asbahi al-Madani. Kunyah-nya Abu Abdullah, sedang
laqab-nya al-Asbahi, al-Madani, al-Faqih, al-Imam Da>r al-Hijrah, dan
al-Humairi.[2]
Namun yang lebih populer, beliau bersilsilahkan Malik bin Anas bin
Malik bin Abi ‘Amar bin Amru bin Ghaiman bin Hutail bin Amru bin
Al-Haris. Beliau dilahirkan tiga belas tahun setelah kelahihran Abu
Hanifah, tepatnya pada tahun 93 H/12M di suatu tempat yang bernama
zulmarwah di sebelah utara ‘Al-Madinatul-Munawwarah’. Kemudian beliau
tinggal di ‘Al-Akik’ sementara waktu yang akhirnya beliau menetap di
Madinah[3].
Bermacam-macam
pendapat ahli sejarah tentang tarikh kelahiran Imam Maliki. Ada
setengah pendapat yang mengatakan pada tahun 90, 94, 95 dan 97 hijrah
perselisihan tarikh terjadi sejak masa dahulu[4].
Imam
Maliki adalah keturunan bangsa Arab dusun Zu Ashbah, sebuah dusun di
kota Himsyar, jajahan Negeri Yaman. Ibunya bernama Siti Al-Aliyah binti
Syuraik ibn Abdul Rahman ibnu Syuraik Al-Azdiyyah.
The period of the sahabah (companious of the prophet) had just come to an end when Imam Maliki bin Anas was born[5]. Imam Maliki lahir ketika jaman sahabat telah berakhir sehingga Imam Maliki tidak termasuk sahabat.
12. Perjalanan Hidup Imam Maliki dan Latar Belakang Pendidikannya
Imam
Maliki hafal Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW. Ingatannya
sangat kuat dan sudah menjadi adat kebiasaan apabilanya apabila beliau
mendengar hadits-hadits Nabi dari para gurunya, lalu dikumpulkan dengan
bilangan hadists-hadits yang pernah beliau pelajari. Beliau mendengar
tiga puluh hadits dari seorang gurunya yang bernama Ibnu Syihab. Beliau
hanya dapat menghafal sebanyak dua puluh sembilan hadits lantaran itu
beliau terus menemui Ibnu Syihab dan bertanya kepadanya tentang hadits
yang beliau lupakan itu, namun Ibnu Syihab hanya menyuruh mentebutkan
hadits yang Imam Maliki hafal dengan kemudian ibnu syihab memberitahu
hadits yang belum hafal itu.
Pada
mulanya Imam Maliki bercita-cita ingin menjadi penyanyi. Ibunya
mengetahui bahwasanya putranya bercita-cita sedemikian, lalu
memberitahukan terhadap Imam Maliki bahwa penyanyi yang mukanya tidak bagus
tidak disenangi oleh orang banyak, olehkarena itu Ibunya meminta supaya
Imam Maliki mempelajari ilmu fiqih saja. Malik menerima nasihat Ibunya
dengan baik[6].
Tujuan
ibunya berkata demikian ialah hendak mencegah Maliki menjadi seorang
penyanyi,karena apa yang kita ketahui Imam Maliki adalah terkenal dengan
seorang yang tampan wajahnya.
Kakek
Imam Malliki Abu Amar datang ke Madinah setelah Nabi Muhammad SAW.
wafat, karena itu ia tidak termasuk sahabat Rasulullah SAW, tetapi
termasuk golongan tabi’in[7].
Imam Malik dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang kurang berada
tetapi tekun mempelajari agama islam. Terutama mempelajari hadits-hadits
Nabi Muhammad SAW.
Imam
Maliki adalah seorang yang miskin, Abdul Qasim rekannya berkata : Aku
pernah bersama Maliki semasa mencari ilmu. Pada suatu hari kayu bumbung
rumahnya telah roboh lalu beliau menjual kayu ttersebut untuk
mendapatkan sedikit uang untuk perbelanjaan hidupnya. Tetapi pada
akhirnya beliau mendapatkan kemurahan rizki sehingga beliau menjadi
orang kaya.
Imam
Maliki sering mendapat bantuan yang berupa derma, bahkan Harun
Ar-Rasyid pernah memberikan derma padanya sebanyak tiga ribu dinar.
Harta Imam Maliki diperdayakan sebagai modal bagi perniagaannya. Beliau
tidak berniaga sendiri, akan tetapi beliau mengadakan Al-Mudaa-rabah.
Setelah kaya, beliau memakai pakaian yang harganya mahal dan memakai
wangi-wangian yang baik. Beliau memakai sebentuk cincin bertulos dengan
perkatan
"Øسبي الله وننعم الوكيل"
Di pintu rumahnya ada tulisan "ما شاء الله"
Dengan berpadukan ayat suci Al-Qur’an :
"ولولا اذ دخلت جنتك قلت ما شاء الله"
Imam
Maliki mempelajari bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu
hadits dan ilmu fiqih. Beliau seorang yang sangat aktif dalam mencari
ilmu dan sering mengadakan pertemuan dengan para ahli hadits dan ulama.
13. Syekh dan Perguruan Imam Maliki
Sewaktu Imam Malik menuntut ilmu, beliau memiliki guru yang banyak. Da dalam kitab Tahzibul –asma wallughat menerangkan
bahwa Imam Malki memiliki pernah belajar kepada sembilan ratus orang
syekh. Tiga ratus darinya dari golongan Tabi’in, dan enam ratus lagi
dari Tabi’it-Tabi’in[8]. Mereka semua adalah orang yang terpilih dan cukup dengan syarat yang dapat dipercaya dalam bidang agama dan hukum fiqih.
Antara
lain syekh-syekhnya ialah Rabi’ah bin Abdul Rahman Furukh. Beliau
berguru kepadanya ketika masih kecil, sebagai buktinya ialah ucapan
terhadap ibunya: aku pergi dan aku menulis pelajaran. Ibunya menyiapkan
pakaian yang lengkap. Dengan kain sorban serta menyuruh beliau hadir
kerumah Rabi’ah untuk belajar menulis.[9] Ibunya meminta Ia belajar ilmu akhlak dari Rabi’ah sebelum mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Maliki mematuhi perintah ibunya.
Untuk
mempelajari hadits beliau berguru kepada ulama hadits yang terkenal
pada masa itu, ialah Nafi’ Maula Ibnu Umar (wafat 117 H) dan Ibnu
Syaibah Az-Zuhri (wafat 124 H)[10].
Syekh
Imam Maliki yang lainnya ialah Imam Nafi’ Maula Abdullah bin Umar, yang
dikenal sebagai perawi yang masuk dalam daftar “Silsilah
Adz-Dzahadiyah” (rantai emas) yaitu riwayat hadits dari Syafi’i dari
Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar dari Umar bin Al-Khathab.[11]
Imam
Maliki tidak menerima hadits yang tidak dietahui pengambilannya
sekalipun pembawa hadits tersebut seorang yang baik dalam bidang agama.
Imam maliki pernah berguru kepada Abdul Rahman bin Harmuz Al-‘Araj
selama kurang lebih tujuh tahun. Pada masa itu beliau tidak pernah
belajar kepada guru lain. Beliau pernah memberi buah kurma kepada
anaknya Abdul Rahman, dengan tujuan supaya mereka memberitahukan kepada
mereka yang hendak datang menemui Imam Maliki bahwa Imam Maliki sedang
sibuk. Tujuan beliau ialah supaya syekh Abdul Rahman dapat mencurahkan
waktu untuknya dengan itu dapatlah beliau leluasa mempelajari sebanyak yang beliau sukai. Kadang kala beliau belajar dengan syekh itu satu hari penuh.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al-Muqbiri, Na’imul Majmar, Az-Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az-Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain.
Diantara
gurunya lagi ialah Nafi’i ‘Auli Abdullah, Ja’far bin Muhammad Al-Baqir,
Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, Abdul Rahman bin Zakuan, Yahya bin Sa’id
Al-Anshari, Abu Hazim Salmah bin Dinar, Muhammad bin Al-Munkadir, dan
Abdullah bin Dinar, dan masih banyak lagi dari golongan Tabi’in
sebagaimana yang diterangkan oleh An-Nawawi.
Tanpa putus-putusnya Imam Malik mengabdi di bidang pendidikan selama 62 tahun.[12]
14. Imam Maliki Sebagai Seorang Guru
Imam Maliki banyak mempelajari ilmu pengetahuan. Beliau menghafal
beberapa banyak hadits dan beliau mempelajari juga ilmu pengetahuan
dalam bidang fiqih atau lain-lain sekedar mengerti. Beliau dapat
mempelajari banyak ilmu dalam waktu yang singkat, beliau mulai mengajar
ketika usianya menginjak tujuh belas tahun.
Imam Maliki tidak mau mengajar melainkan setelah beliau mendapat pengakuan dari tujauh puluh orang syekh.
Hukum-hukum
fiqih yang diberikan oleh Imam Maliki ialah berdasarkan Al-Qu’an dan
Hadits. Imam Malik menjadikan hadits sebagai pembantu dalam memahami
Al-Qur’an. Imam Malik sangat berhati-hati tentang riwayat-riwayat hadits
karena menjaga dari kekeliruan diantara hadits sahih dengan hadits
da’if (lemah). Beliau menganggap perbuatan atau amalan penduduk-penduduk
Madinah adalah sebagai hujjah dan sumber yang terpenting dalam hukum
fiqih, beliu berdasarkan dari sunnah Rasulullah SAW. semasa memberikan
suatu fatwa,
Imam Malik selalu mengulangi sair-sair yang maksudnya:
“Sebaik-baik agama ialah amalan yang dibuat oleh Rasulullah.
Sejahat-jahat amalan ialah perbuatan yang dibuat-buat”.
Ketika
tujuh puluh Syaikh Masjid Nabawi mengijinkan Imam Maliki mengajar di
Masjid Nabawi, maka resmilah Ia menjadi seorang Syaikh di antara
syaikh-syaikh lain di Masjid Nabawi, ia memang layak mengajarkan fiqih
serta menyampaikan hadits Rasulullah SAW.[13]
Jika
beliau berjalan menuju Masjid untuk bertemu dengan murid-muridnya dan
menyampaikan pelajaran, beliau duduk diantara mimbar dan makam
Rasulullah SAW. lalu membacakan hadits Rasulullah SAW. yang berbunyi,
"ما بين بيتى ومنبرى روضة من رياض الجنة"
“Antara rumahku (Rasul) dan mimbarku adalah taman, diantara taman-taman surga”.[14]
Abu
Mushab berkata; “Banyak orang berkerumun dan mendesak-desakan di depan
pintu rumah Imam Maliki, mereka berlomba-lomba untuk menimba ilmu”. Dia
juga berkata; “ ketika kami berada di majlis Imam Maliki, tidak ada
seorang pun diantara kita yang berbicara bahkan sepatah kata, dan tidak
ada seorang pun yang menengok kearah yang lain, mereka semua
mendengarkan dengan seksama, bahkan para pejabat dan penguasa takut
kepadanya, mereka pun duduk mendengarkan pelajaran yang disampaikan”.[15]
15. Murid-murid Imam Maliki
Kebanyakan
imam-imam yang termasyhur pada Zaman Imam Maliki adalah murid beliau
dan murid-muridnya datang dari berbagai penjuru negeri.
Telah
diceritakan dari Imam Maliki bahwa murid-muridnya ialah guru-guru dari
golongan tabi’in mereka itu adalah : Az-Zuhri, Ayub Asa-syakh-fiyani,
Abul Aswad, Rabi’ah bin Abi Abdul Rahman, Yahya bin Said Al-Ansari, Mura
bin ‘Uqbah dan Hisyam bin ‘Arwah.
Diantara
murid dari golingan bukan tabi’in ialah Nafi’i bi Abi Nu’im, Muhammad
bin Ajlan, Salim bin Abi Umaiyyah, Abu An-Nadri, Maula Umar bin
Abdullah.
Diantara murud-murid Imam Maliki dari Mesir adalah:
o Abu Muhammad bin Abdullah bin Wahab bin Muslim
o Abu Abdullah bin Abdur Rahman bin Qasim
o Asyhab bin Abdul Aziz
o Abu Muhammad bin Abdullah bin Abdui Hakim
o Ashbaq bin Faraj
o Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakim
o Muhammad bin Ibrahim bin Ziyad.[16]
Dari
sahabatnya antara lain Sufyan Ath-Thauri Al-Liat bin Sa’d, Hama bin
Salamah, Hama bin Zaid, Sufyan bin Uyainah, Abu Hanifah, Abu Yusuf,
Syarijh Ibnu Lahi’ah dan Ismail bin Kathir. Sedangkan diantara
murid-murid yang lain adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi.[17]
Muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.[18]
16. Karya-karya Imam Maliki
Tidak
hanya berceramah, Imam Maliki juga berbakat mengarang, menyusun buku
dalam berbagai materi yang cukup menakjubkan. Para penulis buku biografi
berkata, bahwa Imam Maliki memiliki buku dalam berbagai bidang,
diantaranya; bidang perbintangan, berhitung dan ilmu falak yang
bermanfaat dijadikan rujukan. Beliau juga memiliki buku dalam bidang
tafsir yaitu; “At-Tafsir Li Gharib Al-Qur’an”[19].
Imam
Maliki sebagai pengarang buku, diantaranya beliau mengarang booklet
kecil, “Risalah kepada Ibnu Wahab” dalam bidang tauhid, buku Imam Maliki
yang paling terkenal adalah “Kitab Al-Muwatta” yang artinya
“Al-Muyassir” atau “ Al-Musahhil” atau yang mempermudah.
Imam
Mzliki mewarisi lebih dari selusin karya tulis, termasuk Muwatta yang
termasyhur itu, kitab yang dianggab terpenting setelah Al-Qur’an.
Risalahnya menelaah bidang agama, etika, dan Fiqh Islam. Menurut Syah
Waliyullah, kitab imam itu merupakan himpunan hadits Nabi yang paling
sahih, dipilih dengan penelitian sumber yang amat cermat. Ia menyusun
kitab itu setelah mengadakan pembuktian kebenaran dan penyaringan yang
saksama. Perhatian utamanya ialah rawi dan perawi yang tahan uji, dan ia
sungguh-sungguh berusha memastikan tidk memuat rawi palsu. Semula
Muwatta memuat 10.000 hadits, tetapi dalam edisi pembetulannya Imam
Malik mengurangi jumlah itu sampai hanya 1.720. Kitab itu telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dengan 16 edisi yang berlainan.[20]
Kitab
tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan Al-Muwatta
lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan
seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan
yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah Al-Laitsi al
Andalusi al Mashmudi.
Sejumlah
‘Ulama berpendapat bahwa sumber sumber hadits itu ada tujuh, yaitu
Al-Kutub As-Sittah ditambah Al-Muwatta. Ada pula ulama yang menetapkan
Sunan ad Darimi sebagai ganti Al Muwaththa’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm berkata,” Al Muwaththa’ adalah kitab tentang fiqh dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya.
Hadits-hadits yang terdapat dalam Al-Muwatta tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mu’dlal dan munqathi. Sebagian ‘Ulama
menghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613
hadits mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadits tanpa
penyandara, hanya dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang
kepercayaan”, tetapi hadits hadits tersebut bersanad dari jalur jalur
lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan hadits hadits mursal , munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam Al Muwaththa’ Malik[21]..
Adapun yang
meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih
tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya
seperti Al-Auza’i., Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al-Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy-Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, Al-Qaththan dan Abi Ishaq.
An-Nasa’i
berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur,
terpercaya periwayatan haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia
ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”.
(Ket:
Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena
tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak banyak diketahui, Malik
hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal atau
menambah pada matan).
Sedangkan
Ibnu Hayyan berkata,” Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para
tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah”.
Malik bin Anas menyusun kompilasi hadits dan ucapan para sahabat dalam buku yang terkenal hingga kini, Al-Muwatta.
17. Imam Maliki dan Pemerintah
Imam
Malik masyhur oleh ketulusan dan kesalehannya. Ia selalu bertindak
sesuai dengan keyakinannya. Ancaman atau kemurahan hati tidak akan dapat
membelokkan dia dari jalan yang lurus. Sebagai anggota kelompok yang
gemilang pada awal masa Islam, ia tidak dapat dibeli, dan dengan
semangat keberaniannya selalu membuktikan bahwa ia adalah bintang
pembimbing bagi para pejuang kemerdekaan.
Ketika
ia berumur 25 tahun, kekhalifahan berada di tangan khalifah Abasiyah,
Mansur, seorang teman yang memandang tinggi kecendekiawannya. Tetapi,
Imam Malik sendiri lebih senang bila Fatimiyyin Nafs Zakiya yang menjadi
khalifah. Sumpah setia rakyat kepada Mansur dinyatakannya tidak
mengikat, karena dilakukan dengan paksaan. Ia mengutip hadits Nabi yang
menyatakan ketidakabsahan perceraian paksa. Ketika Jafar, kemenakan
Mansur, diangkat menjadi gubernur baru Madinah, ia membujuk penduduk
kota suci itu mengulang sumpah setia mereka kepada Mansur. Ia melarang
Imam Malik menyiarkan fatwanya tentang ketidakabsahan perceraian paksa.
Sebagai seorang pemegang prinsip yang teguh, dan pemberani, ia tidak
mengacuhkan larangan itu. Akibatnya ia dijatuhi hukuman 70 dera yang
dilibaskan ke punggungnya yang telanjang. Dengan baju berlumuan darah ia
diarak di atas unta di sepanjang jalan Madinah. Namun, kebuasan
gubernur itu tetap gagal menggetarkan atau melemahkan hati imam muda
itu. Mendengar kejadian ini, khalifah Mansur segera menghukum gubernur
Madinah itu, dan menyuruh ia memint maaf kepada Imam Malik.
Pada
174 H, Khalifah Harun ar-Rasyid tiba di Madinah dengan kedua putranya,
Amin dan Ma’mun. Ia memanggil Imam menghadap ke baliurang untuk
menceramahkan Muwatta. Imam datang di baliurang, tetapi menolak
memberikan ceramah. Ia berkata: “Rasyid,
hadits ialah pelajaran yang dihormati dan dijunjung tinggi leluhur
Anda. Bila Anda tidak menghormatinya, orang lain pun demikian juga.”
Alasan penolakan itu diterima khalifah, dan baginda bersama kedua
putranya bersedia datang ke tempat Imam Malik untuk mengikuti kuliah
Imam tersebut.[22]
Pengendalian
diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di seantero dunia
Islam. Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan Kharijis
bersenjatakan pedang memasuki Masjid Kufa. Tetpi, Imam Malik yang sedang
shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tmpatnya. Mencium tangan
khalifah apabila menghadap di baliurang sudah menjadi adat kebiasaan,
namun Imam Malik tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti itu.
Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan, sehingga pernah ia
menawarkan tempat duduknya sendiri kepad Imam Abu Hanifah yang
mengunjunginya. Kaum Muslimin di Arab barat hanya menganut Madzhab
Maliki.
18. Imam Maliki Meninggal Dunia
Ketika
Imam Maliki semakin menua mendekati 90 tahun, beliau tetap selalu
dating ke Masjid Rasulullah SAW. duduk diantara makam dan mimbar untuk
menyampaikan pelajaran dihadapan sekian banyak muridnya, shalat
berjama’ah, melayat, menjenguk orang sakit, menyelesaikan kewajiban,
memenuhi undangan. Kini beliau tidak sanggup lagi duduk di masjid dan
melaksanakan aktifitas kesehariannya. Masyarakat sabar akan semua itu
dan menerimanya dengan ikhlas, mereka sangat mengagungkan dan
menghormatinya, hingga Imam Maliki meninggal dunia.[23]
Mazhab
Imam Maliki merupakan pelopor dalam bidang fiqih, para murid beliau
yang terkenal pandai pada waktu itu menyebarkan mazhabnya dan mengikuti
methodenya dalam menentukan hukum
Penyebaran
mazhab ini sangat jelas dapat dilihat dalam proses pembukaan dan
masuknya penduduk Afrika dalam Islam, baik di Negara Libia, Tunisia,
Ai-Jazair maupun Maghrib, demikian pula dengan Negara Sudan, dan
Muritania, serta Negara-negara Afrika lainnya; yang sebelummya sudah
dimulai dengan pembukaan Andalusia (Sepanyol) pulau Siqilia, dan pulau
lain.[24]
Demikian
pula Mesir di masa Imam Maliki, Mazhab ini disebarkan oleh sebagian
du’at yang diantaranya; Asy-Syafi’I dating ke Mesir, mayoritas daerah
pesisir menganut Mazhab Asy-Syafi’i, adapun yang bukan daerah pesisir,
masih tetap menganut Mazhab Maliki sampai sekarang.
Mazhab
Maliki ini muncul di Madinah Al-Munawwarah, lalu menyebar ke Hijaz
dalam kurun waktu yang cukup lama, hingga masuknya Mazhab Hambali, yang
kemudian mengganti mazhab Maliki di Mekkah sampai sekarang.
Imam Maliki wafat pada tahun 800 M tepatnya tahun 179 H.[25]
Pujian-pujian ulama
- Berkata imam Syafi'I : jika disebut (nama-nama) ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya.
- Beliau juga berkata : kalau bukan karena (perantara) Malik dan Uyaimah niscaya hilang ilmu yang ada di Hijaz.
- Ibnu Wahb berkata : kalau bukan karena (perantara)Malik dan Al Laih niscaya kita akan sesat
- Berkata Abdurrahman bin Waqid : aku melihat pitu Malik di Madinah seperti pintu amir.
- Berkata al La'nabi : ketika aku bersama Uyainah (telah sampai kepadanya berita kematian Malik) dalam keadaan sedih beliau berkata : tidak ada seorangpun di muka bumi seperti beliau.
- Berkata Syu'bah : saya datang ke Madinah setahun setelah kematian Nafi' (ternyata sudah) ada halaqoh Malik
- Berkata Syafi'I : tidak ada kitab ilmu di bumi yang paling banyak benarnya dari pada kitab Muwathah Imam Malik.
- Imam Asy Syafi’i : “ Jika dibicarakan tentang hadits, maka Imam Malik adalah bintangnya, dan jika dibicarakan soal keulamaan, maka Imam Malik jugalah yang menjadi bintangnya. Tidak ada seorang pun yang terpercaya dalam bidang ilmu Allah dibandingkan Imam Malik. Imam Malik dan Ibnu 'Uyainah adalah dua orang sahabat yang mumpuni di bidang ilmu ilmu Allah. Seandainya mereka berdua tidak ada, niscaya hilang juga ilmu orang¬ - orang Hijaz”.[26]
Perkataan-perkataan beliau :
- Allah ada di langit dan mengetahui setiap tempat
- Istiwa (bersemayam) itu ma'lum (diketahui) Kaifiyah (bagaimana bersemayamnya Allah) itu majhul (tidak di ketahui).
- Beriman (bahwa Allah bersemayam) adalah wajib
- Bertanya bagaimana Allah bersemayam hukumnya bid'ah
- Aku tidak akan berfatwa sehingga ada 70 saksi yang mempersaksikan bahwa aku ahli (mengetahui) masalah tersebut.
- Tidak ada seorangpun setelah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang berhak diambil dan di tinggalkan perkataannya kecuali Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam .[27]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari(2/77) Muslim (500)
Al-Jamal, Hasan. 2005. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta : Pustaka Kautsar.
Asy-Syurbasi, Ahmadx. 1989. Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab. Jakarta: Amzah.
Farid, Ahmad. 2008. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Ibrahim, Muslim. 1989. Pengantar Fiqih Muqaraan. Jakarta: Erlangga.
Masyhur, Kahar. 1989. Pemikiran dan Modernisme dalam Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2007. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera.
Rahman, Abdul. 1984. Shari’ah The Islamic Law. Kualalumpur Malaysia: As. Nouroen.
Rasjid, Sulaiman. 2008. Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap). Bandung: Sinar Baru Algensindo.j
Yanggo, Huzaemah Tahido. 2003. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: wacana Ilmu dan Pemikiran.
http://ghuroba.blogsome.com/2007/11/08/al-imam-malik-bin-anas
http://laodesabaruddin.wordpress.com/2008/12/19/biografi-imam-malik/
http://uin-suka.info/ejurnal - Powered by Joomla! - Generated: 16 March, 2009, 13:21
http://www.van.9f.com/malik.htm
[1] Muslim Ibrahim Pengantar Fiqih Muqaraan 1989 h. 80
[2] http://uin-suka.info/ejurnal - Powered by Joomla! - Generated: 16 March, 2009, 13:21
[3] Huzaemah Tahido Yanggo. Pengantar Perbandingan Mazhab. Wacana Ilmu dan Pemikiran: Jakarta 2003 h. 103
[4] Ahmad Asy-Syurbasi Sejarah dan Biografi Empat imam Mazhah. Amzah 2008 h. 72
[5] Abdur Rahman. Shari’ah The Islamic Law.1984 h. 93
[6] Ahmad Asy-Syurbasi Sejarah dan Biografi Empat imam Mazhab Amzah 2008 h. 74
[8] Ahmad Asy-Syurbasi Sejarah dan Biografi Empat imam Mazhab. Amzah 2008 h. 75
[9] Huzaemah Tahido Yanggo. Pengantar Perbandingan Mazhab. Wacana Ilmu dan Pemikiran: Jakarta 2003 h. 108
[10] Muslim Ibrahim. Pengantar Fiqih Muqaaran. 1989. h. 81
[11] Hasan Al-Jamal. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta : Pustaka Kautsar. 2005. h. 36
[13] Hasan Al-Jamal. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta : Pustaka Kautsar. 2005. h. 39
[14] Al-Bukhari(2/77) Muslim (500)
[15] Hasan Al-Jamal. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta: Pustaka Kautsar. 2005. h. 42
[17] Hasan Al-Jamal. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta : Pustaka Kautsar. 2005. h. 43
[19] Hasan Al-Jamal. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta: Pustaka Kautsar. 2005. h. 44
[23] Ahmad Farid. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. 2008. h. 270
[24] Hasan Al-Jamal. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta: Pustaka Kautsar. 2005. h. 58
[27] http://www.van.9f.com/malik.htm
0 Comments