PENDAHULUAN
Perkembangan Islam di Indonesia pada hakikatnya berhubungan erat dengan proses perkembangan bangsa Indonesia, karena umat Islam merupakan bagian terbesar dari bangsa Indonesia. Penyebaran Islam di Jawa Barat dilakukan dari dua front yang berbeda yaitu dari front Barat dengan Banten sebagai basis penyebarannya, dan front Timur yaitu, Cirebon yang merupakan basis penyebaran Islam di bagian Timur, Tengah, dan Selatan Jawa Barat.
Dengan demikian, insyaAllah penulis akan membahas tentang Islam massa kesultanan Cirebon.
PEMBAHASAN
ISLAM MASA KESULTANAN CIREBON
Kerajaan Cirebon
Cirebon berasal dari kata “caruban” yang artinya campuran. Diperkirakan masyarakat Cirebon merupakn campuran dari kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam.Menurut Sumber berita tertua tentang Cirebon, satu rombongan keluarga Cina telah mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu yang sudah menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari pemerintah Demak untuk mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja maka berdirilah sebuah perkampungan yang disebut Cirebon. Dalam perkembangannyaa, Cirebon selalu menjalin hubungan yang erat dengan Demak, terutama dalam bidang ekonomi dan perdagangan.
Cirebon berasal dari kata “caruban” yang artinya campuran. Diperkirakan masyarakat Cirebon merupakn campuran dari kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam.Menurut Sumber berita tertua tentang Cirebon, satu rombongan keluarga Cina telah mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu yang sudah menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari pemerintah Demak untuk mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja maka berdirilah sebuah perkampungan yang disebut Cirebon. Dalam perkembangannyaa, Cirebon selalu menjalin hubungan yang erat dengan Demak, terutama dalam bidang ekonomi dan perdagangan.
Menurut Tjarita Tjaruban kerajaan Cirebon didirikan oleh Syarif Hidayat, cucu dari Raja Pakuan Pajajaran. Ia naik takhta pada tahun 1482 sekembalinya dari Mekah. Sebagai cucu raja ia memeng berhak mendapatkan kekuasaan. Daerah Cirebonlah yang diberikan kepadanya. Namun, perkembangan Cirebon ternyata sangat pesat. Adanya pemerintahan Cirebon dibawah pimpinan Syarif Hidayat telah menyurutkan Kerajaan Pajajaran yang Hindu. Namun, Kerajaan Pajajaran tidak pernah berkonfrontasi dengan Cirebon karena masih ada hubungan kekerabatan diantara keduanya. Berdasarkan sumber-sumber Portugis, pendiri kerajaan Cirebon adalah Faletehan atau fatahillah. Sebelumnya Faletehan lebih dikenal sebagai Nurullah yang pergi kekerajaan Demak setelah daerahnya, yaitu Pasai dikuasai bangsa Portugis. Dengan seizin masyarakat Banten dan sekitarnya. Selain itu, ia juga berusaha membangun sebuah masyarakat muslim disana. Setelah menetaapi Banten untuk beberapa waktu, ia kemudian berhasil mendirikan kerajaan Cirebon.
Pada tahun 1570 Faalatehan meninggal dinia dalam usia lanjut. Diperkirakan usianya mencapaai 80 tahun. Ia di makamkan di bukit Gunung Jati. Sepeninggal Faletehan, pengaruh agama Islam meluas keseluruh daerah Jawa Barat.
Penyebaran dan penerimaan Islam di Cirebon
Pendapat para ahli yang mengaajukan teori-teorinya tentang kedatangan Islam di Indonesia nampak bebeda-beda.
Sebagian pendapat, bahwa kedatangan Islam ke Indonesia sudah sejak abad pertama Hijriah ( abad 7 M ), sebagian lagi berpendapat bahwa kedatangan Islam baru datang abad ke- 13 M.
Berdaasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembawaa Islam ke Indonesia antara abad ke-7 sampai13 ialah orang-orang muslim dari Arab, Persia, India seperti juga pembawa Islam yang datang atau menetap di Cirebon mereka datang melalui jalan perdagangan, maka jelas, bahwa yang menjadi pendorong utama pembawa Islam ke Cirebon adalah Faktor ekonomi atau perdagangan, sesuai pula dengan perkembangan pelayanan dan perdagaangan untuk nasional antara negri – negri di bagian Barat, Tenggara dan Timur Asia. Kedatangan mereka (pedagang muslim ) ke berbagai daerah di Indinesia mungkin disertai pula oleh para mubaligh yang pada saat kemudian mendirikan pesantren –pesantren dimana mereka berada. Hal ini dilakukan pula oleh tokoh – tokoh Islam yang berlabuh di Cirebon, seperti Syekh Quro dan yang lainnya. Kecuali golongan-golongan tersebut, paara ahli tasauf juga besar peranannya. Golongan Sufi ini datang ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13. Seperti peranan Syekh Siti Jenar di Cirebon.
Di Jawa berdasarkan cerita tradisional, mereka yang mendapat gelar wali dianggap sebagi pembawa dan penyebar Islam terutama di daerah pesisir, walaupun wali itu tidak semua berasal dari negri luar.
Dan kenyataan tersebut jelas bahwa pembawa aataau penyebar Islam hanya golongan tertentu, logis jika dikatakan, bahwa rakyat pada umumnya merupakan masyarakat penerima.
Proses Islamisasi dilakukaan dengan cara pendekatan daan penyesuaian dengan unsur-unsur kepercayaan yang sudah ada sebelumnya, sehingga kehidupan keagaamaan umumnya masih menunjukan unsur-unsur percampuran dengan unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
Para pedagang, mubaligh-mubaligh, para ahli Tasauf maupun para ahli merupakan golongan pembawa, penyebar dan kemungkinan juga sebagai penerima agama islam. Sudah tentu mereka melakukannya dengan berbagai cara, sehingga islam bisa diterima secara damai.
Cara lain yang dilaaakukan oleh para dai adalah melalui ajaran tasauf. Tasauf ini mampu membentuk kehidupan social bangsa Indonesia pada umumnya, kenyataan ini dapat kita lihat dari bukti-bukti tulisan tentang hal ini sejak abad ke-12.
Jalur lain yang digunakan dalam melakukan islamisasi, yaitu melelui jalur pendidikan, baik yang dilakukan di dalam pesantren maupun bentuk pendidkan lainnya, seperti di sauran-sauran yang diselenggarakan oleh guru-guru agama maupun tokoh-tokoh agama lainnya.
Mereka yang dididik disamping itu juga digunakan berbagai cabang seni baik melalui seni bangunan, seni ukir, seni sastra, seni musik maupun seni tari.
Tokoh – tokoh lain yang berperan dalam penyebaran Islam di Cirebon.
1. Pangeran Panjungan
Dia adalah seorang yang tekun menyebarkaan Islam di Cirebon. Pangeran Panjungan dikenak pula dengan nama Maulana Abdul rahman. Para pengikut Pangeran Panjunan untuk daerah Cirebon tersebut antara lain di kali Cipamali Losari Cirebon, mereka mendirikan masjid di Japura.
Dia adalah seorang yang tekun menyebarkaan Islam di Cirebon. Pangeran Panjungan dikenak pula dengan nama Maulana Abdul rahman. Para pengikut Pangeran Panjunan untuk daerah Cirebon tersebut antara lain di kali Cipamali Losari Cirebon, mereka mendirikan masjid di Japura.
2. Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar berasal dari Tarem ( Persi ), beraliran syi’ah Muntadar, yang percaya kepada databgnya seorang Al masih seperti didalam Agama Kristen. Ia belajar agama Kristen dari para ahli dan ulama penganut mazhab syi’ah di Bagdad.
Syekh Siti Jenar berasal dari Tarem ( Persi ), beraliran syi’ah Muntadar, yang percaya kepada databgnya seorang Al masih seperti didalam Agama Kristen. Ia belajar agama Kristen dari para ahli dan ulama penganut mazhab syi’ah di Bagdad.
C. Cirebon dan Islamisasi di Jawa Barat
1. Menjadi Kota per Adaban.
Islam berkembang di Cirebon dengan dua Aliran, Sunni dan Syi’ah. Penyebar–penyebar Islam dan generasi pertama adalah para da’i, pedagang, musyafir, dan seniman diberbagai bidang. Cirebon menjadi salah satu dari sedikit pusat penyiaran Islam di Jawa yang sekaligus menjadi pusat kekuatan politik. Dalam hal ini, Cirebon berusaha menciptakan keseimbangan politik baik kearah Barat maaupun Timur Nusantara. Cirebon menjadi salah satu pusat perdagangan yang pesat pada masanya, sekaligus menjadi pusat peradaban Islam yang memiliki beberapa karakter antara lain sebaagaai berikut :
Islam berkembang di Cirebon dengan dua Aliran, Sunni dan Syi’ah. Penyebar–penyebar Islam dan generasi pertama adalah para da’i, pedagang, musyafir, dan seniman diberbagai bidang. Cirebon menjadi salah satu dari sedikit pusat penyiaran Islam di Jawa yang sekaligus menjadi pusat kekuatan politik. Dalam hal ini, Cirebon berusaha menciptakan keseimbangan politik baik kearah Barat maaupun Timur Nusantara. Cirebon menjadi salah satu pusat perdagangan yang pesat pada masanya, sekaligus menjadi pusat peradaban Islam yang memiliki beberapa karakter antara lain sebaagaai berikut :
a. Pertumbuhan kehidupan kota bernafaskan Islam.
b. Berkembangnya arsitektur
c. Pertumbuhan seni lukis kaca dan seni pahat yang menghasilkan karya-karya kaligrafi Islam yang sangat khas Cirebon,
a. Perkembangan bidang kesenian lainnya seperti tari, membatik, musik dan berbagai seni pertunjukan tradisional bernafaskan islam
b. Pertumbuhan penulisan naskah-naskah
c. Tumbuhnya tarekat Aliran Syatariah yang kemudian melahirkan karya-karya sastra
d. Tumbuhnya pendidikan Islam dalam bentuk pesantren di sekitar Cirebon, Indramaayu, Karawang, Majalengka, dan Kuningan.
Sosialisasi dan adaptasi islam di Cirebon, sampai berkembang menjadi pusat islam di Jawa Barat, berawal dari pemukiman berskala kecil yang peradaban dihuni kelompok muslim, dan perjalanan selanjutnya.kemidian tumbuh dan berkembang dan dapat melepaskan diri dari subordinasi kekuasaan dipedalaman yang bercorak Hindiistis, dan transformasi tersebut sebenarnya berjalan lancar, damai dan tenang baik karena kharisma para wali maupun karena kedekatan atau kuatnya hubungan penguasa baru yang islam dengan penguasa yang digantikannya, Hindu.
Perkembangan Cirebon sebagai pusat peradaban Islam diJawa Barat ditandai oleh masyarakat muslim.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan sumber-sumber Portugis, pendiri kerajaan Cirebon adalah Faletehan atau fatahillah. Sebelumnya Faletehan lebih dikenal sebagai Nurullah yang pergi kekerajaan DEmak setelah daerahnya, yaitu Pasai dikuasai bangsa Portugis. Dengan seizing masyarakaat Banten dan sekitarnya.Selain itu, ia juga berusaha membangun sebuah masyaraakat muslim disana. Setelah menetapi Banten untuk beberapa waktu, Ia kemudian berhasil mendirikan kerajaan Cirebon. Tokoh – tokoh lain yang berperan dalam penyebaran Islam di Cirebon.
Diantaranya adalah Pangeran Panjungan dan Syekh Siti Jenar Islam berkembang di Cirebon dengan dua Aliran, Sunni dan Syi’ah. Penyebar-penyebar Islam dan generasi pertama adalah para da’I, pedagang, musyafir, dan seniman diberbagai bidang. Cirebon menjadi salah satu dari sedikit pusat penyiaran Islam di Jawa yang sekaligus menjadi pusat kekuatan politik. Dalam hal ini, Cirebon berusaha menciptakan keseimbangan politikbaik kearah Barat maaupun Timur Nusantara. Cirebon menjadi salah satu pusat perdagangan yang pesat paadaa masanya, sekaligus menjadi pusat peradaban Islam yang memiliki beberapa karakter .
0 Comments